Pertanyaan:
Ustadz aku mau tanya, tadi aku baca artikel katanya kalau orang yang sudah mati ruhnya pergi ke beberapa tempat, ada yang di surga ada di neraka. Ada juga yang katanya di udara. Lalu sebenarnya yang dapat nikmat kubur atau siksa kubur itu jasadnya atau ruhnya ya pak ustadz? Bukankah katanya sebelum hari kiamat itu semua orang mati ada di alam kubur? Mohon jawabannya ya pak ustadz. Karena banyak baca artikel berbeda saya malah jadi bingung. Terimakasih.
Jawaban:
Setiap jiwa pasti akan bertemu dengan kematian, yakni proses berpisahnya antara ruh seseorang dengan jasadnya. Untuk kemudian menghadap kepada Allah ‘azza wa Jalla guna mempertanggungjawabkan kehidupan yang dijalaninya di dunia. Karenanya mati bukanlah kebinasaan dan akhir kehidupan, namun ia adalah awal bagi kehidupan di alam lain. Karenanya ulama mendefinisikan mati dengan: “Berpisahnya ruh dari jasadnya dan proses perpindahan dari satu alam ke alam yang lain”.
Hanya memang sebelum alam akhirat, ruh akan memasuki alam Barzakh, atau alam Kubur. Bagaimana hakikat alam Barzakh itu? Dan bagaimana perjalanan ruh seseorang setelah ia meninggalkan dunia yang fana ini? Mari kita simak penjelasannya.
Masalah ruh termasuk perkara yang rumit dan sulit, hal ini selain karena ia termasuk perkara ghaib, juga Allah telah menyatakan dalam firman-Nya:
وَيَسَۡٔلُونَكَ عَنِ ٱلرُّوحِۖ قُلِ ٱلرُّوحُ مِنۡ أَمۡرِ رَبِّي وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلۡعِلۡمِ إِلَّا قَلِيلا
“Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, ‘Ruh itu termasuk urusan Rabbku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit’.” (QS. Al-Isra: 85)
Sehingga informasi apapun terkait tentang ruh, harus benar-benar dikembalikan kepada dalil-dalil agama yang shahih. Tidak boleh seseorang berbicara tentang perkara ghaib umumnya, dan masalah ruh khususnya, berdasarkan akal dan pengalamannya.
Perjalanan Ruh Setelah Kematian
Berdasarkan hadits-hadits yang sahih dari Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam disebutkan bahwa keadaan ruh setelah seseorang bertemu dengan kematian adalah pertama-tama ruh itu akan dibawa ke langit, dan setelahnya akan dikembalikan ke alam Kubur dan tinggal disana sampai datangnya hari kiamat.
1. Ruh Dibawa ke Langit
Hal ini berdasarkan beberapa hadits diantaranya bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda:
“Sesungguhnya seorang hamba yang beriman, ketika terputus dari dunia dan memulai (kehidupan) akhirat, para malaikat turun kepadanya dari langit, wajahnya putih, wajah mereka seperti matahari. Bersamanya kain kafan dari surga dan minyak wangi dari surga. Sampai mereka duduk sejauh mata memandang. Kemudian didatangkan malaikan maut alaihissalam. Lalu dia duduk di kepalanya seraya mengatakan, “Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah.” Maka (ruh) keluar lepas seperti tetesan air yang mengalir dari tempat minuman. Maka dibawanya ruh itu dengan sepenuh perhatian tidak lengah sedikitpun. Lalu dibawa dan diletakkan di kafan itu dengan minyak wangi itu, sehingga keluar darinya bau sangat wangi yang didapatkan di atas bumi. Berkata, “Kemudian dia dibawa naik olehnya, tidaklah melewati sekumpulan malaikat kecuali mereka mengatakan, “Apa gerangan ruh yang baik ini?” mereka menjawab, “Ini fulan bin fulan.” dengan menyebutkan nama terbaiknya yang mereka namakan di dunia. Hingga selesai dari langit dunia, lalu mereka meminta izin untuk dibukakan baginya, dan dibukakan untuk mereka, dan setiap makhluk di langit ikut menghantarkan sampai ke langit setelahnya sampai selesai di langit ketujuh. Maka Allah Azza Wajalla berfirman, “Tulislah kitab hamba-Ku ini di Illiyyin dan kembalikan dia ke bumi. Karena Saya ciptakan darinya dan ia dikembalikan dan nanti akan dikeluarkan lagi. Maka ruhnya dikembalikan ke jasadnya, sampai datang dua malaikat dan mendudukkannya….” kemudian disebutkan hadits tentang pertanyaan kubur. Kemudian disebutkan mencabut ruh orang kafir dan mengatakan, “Mereka membawanya. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan mereka mengatakan, “Ruh busuk apa ini.” Mereka mengatakan fulan bin fulan, dengan nama terjelek yang mereka namakan di dunia. Sampai ke langit dunia. Dan meminta dibukakan, namun tidak dibukakan untuknya…” (HR. Ahmad)
2. Ruh Dibawa ke Alam Kubur
Setelah ruh dikembalikan ke bumi, ia akan masuk ke alam kubur. Di alam ini seseorang akan mendapatkan nikmat kubur atau sebaliknya siksa kubur sesuai dengan amalannya ketika masih hidup di dunia. Hal ini berdasarkan hadits shahih riwayat Imam Ahmad rahimahullah Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam bersabda:
“Kemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya, lalu keduanya bertanya, “Siapakah Tuhanmu?” Dia (si mayit) menjawab, “Tuhanku Allah”. Kedua malaikat itu bertanya, “Apa agamamu?” Dia menjawab: “Agamaku Islam”. Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?” Dia menjawab, “Beliau utusan Allah”. Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah ilmumu?” Dia menjawab, “Aku membaca kitab Allah, aku mengimaninya dan membenarkannya”. Lalu seorang penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) benar, berilah dia hamparan dari surga, (dan berilah dia pakaian dari surga), bukakanlah sebuah pintu untuknya ke surga. Maka datanglah kepadanya bau dan wangi surga. Dan diluaskan baginya di dalam kuburnya sejauh mata memandang. Dan datanglah seorang laki-laki berwajah tampan kepadanya, berpakaian bagus, beraroma wangi, lalu mengatakan, “Bergembiralah dengan apa yang menyenangkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan (kebaikan)”. Maka ruh orang Mukmin itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang shalih”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, tegakkanlah hari kiamat, sehingga aku akan kembali kepada istriku dan hartaku”.
Pertanyaan ini juga dilontarkan kepada orang ingkar. Kemudian ruhnya dikembalikan di dalam jasadnya. Dan dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya. Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah Rabbmu?” Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”. Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah agamamu?” Dia menjawab, “Hah, hah, aku tidak tahu”. Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?” Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”. Lalu penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) dusta, berilah dia hamparan dari neraka, dan bukakanlah sebuah pintu untuknya ke neraka.” Maka panas neraka dan asapnya datang mendatanginya. Dan kuburnya disempitkan, sehingga tulang-tulang rusuknya berhimpitan. Dan datanglah seorang laki-laki berwajah buruk kepadanya, berpakaian buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan, “Terimalah kabar yang menyusahkanmu! Inilah harimu yang telah dijanjikan (keburukan) kepadamu”. Maka ruh orang kafir itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, janganlah Engkau tegakkan hari kiamat”. (HR. Ahmad)
Selanjutnya, jika dia adalah orang yang shalih, akan diberikan kebebasan untuk terbang kemanapun ia kehendaki. Disebutkan dalam hadits:
“Ruh-ruh mereka berada didalam burung-burung yang hijau, memiliki sarang yang bergelantungan di ‘Arsy, pergi ke surga sekehendaknya, kemudian kembali ke sarangnya.” (HR. Muslim)
Berkata Syaikh Ibnu Taimiyyah: “Ruh orang beriman ada di surga, meskipun terkadang dikembalikan ke jasadnya, sebagaimana juga secara asal (ketika hidup-pen) ruh itu tinggal didalam badan, tapi terkadang dibawa naik ke langit seperti ketika tertidur…” (Majmu’ al Fatawa)
Hakikat Alam Barzakh (Kubur)
Alam Barzakh atau alam Kubur termasuk alam ghaib, karenanya itu bukan area akal pikiran dan logika manusia. Sehingga yang harus kita terima mengenainya bukan yang masuk akal, namun apa yang bersumber dari dalil agama. Kita tidak diperintahkan untuk mengetahui secara pasti hakikat kehidupan alam barzakh, namun hanya diperintah mengimaninya. Diantara hikmahnya, apa yang Allah tidak jelaskan secara mendetail sebagai ujian keimanan itu sendiri.
1. Ada Nikmat dan Adzab Kubur
Di dalam kubur, ruh mendapatkan nikmat atau sebaliknya adzab kubur. Banyak sekali dalil yang menunjukkan akan hal ini diantaranya, hadits Al-Barra Ibnu Azhim radhiyallāhu ‘anhu yang panjang yang menceritakan tentang fitnah, nikmat dan adzab kubur, Rasulullāh shallallahu‘alayihi wasallam bersabda:
استعيذوا بالله من عذاب القبر
“Hendaklah kalian berlindung kepada Allāh dari adzab kubur.” (HR. Abu Daud)
Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan: “Siksa dan nikmat kubur dirasakan oleh ruh dan jasad semuanya, berdasarkan kesepakatan ulama Ahlussunnah wal Jama’ah, terkadang jiwa itu disiksa dan diberi kenikmatan secara terpisah dari jasadnya, dan terkadang dalam keadaan terhubung dengan badan, dan badan pun terhubung dengannya. Sehingga nikmat dan siksa diterima oleh keduanya ketika bergabung, sebagaimana diterima oleh ruh saja ketika terpisah dari badan.” (Majmu’ al Fatawa)
Juga berkata Ibnu Katsir rahimahullahu: “Ayat ini adalah dalil yang paling kuat bagi Ahlus Sunnah untuk menetapkan adanya azab kubur, yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang.” (Ghafir: 46)
2. Orang yang Hidup di Alam Barzakh Diberikan Kemampuan Mendengar Sebagian Pembicaraan
Ruh orang yang telah mati adakalanya mendengar pembicaraan manusia yang masih hidup. Hal ini diantaranya disebutkan dalam sebuah hadits:
“Tidak seorangpun yang melewati kuburan temannya yang pernah ia kenal ketika di dunia dan mengucap salam kepadanya, kecuali ia mengenalnya dan menjawab salamnya.” (HR Ibnu ‘Asakir)
Ibnu Qayyim berkata: “Ulama salaf bersepakat bahwa orang yang telah meninggal dunia mengetahui kunjungan orang yang masih hidup kepadanya serta merasa senang dengannya” (Al Ruh)
Namun demikian, ruh orang yang telah mati tidak bisa kembali kedalam kehidupan dunia. Dalam artian jalan-jalan apalagi mengganggu dalam bentuk yang kita istilahkan dengan nama hantu atau arwah gentayangan. Andaikan hal ini bisa terjadi, maka pasti orang-orang kafir dan zhalim adalah orang yang pertama kali melakukan hal itu, sehingga mereka kembali ke dunia untuk beramal shalih.
Al-Imam Mujahid bin Jabr Al-Makkiy rahimahullah berkata, “(Barzakh adalah) pemisah antara kematian dan kembali ke dunia”. (Jami’ al Bayan)
Penutup
Perkara ruh adalah perkara ghaib, dan atas segala perkara ghaib sikap orang beriman hanyalah menerima berita yang bersumber dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu‘alaihi wasallam semata. Inilah iman yang akan membedakan antara orang yang mukmin dengan orang kafir. Sehingga, seorang mukmin akan beriman kepada seluruh perkara yang diberitakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sama saja baginya, apakah dia mampu mengetahuinya dengan panca inderanya atau tidak. Sama saja baginya, apakah akalnya mampu menjangkaunya atau tidak. Sikap seorang mukmin yang demikian ini berbeda dengan sikap orang-orang zindiq (munafik) dan kafir yang mana mereka mendustakan perkara-perkara ghaib hanya karena akalnya tidak mampu menjangkaunya.
Demikian, Wallahu a’lam.
Referensi:
- Tadzkirah al Qurthubi hal. 459.
- Hadits Shahih riwayat Imam Ahmad dalam Sunannya.
- Shahih al Jami’ nomor hadits 1672.
- Majmu’ al Fatawa (4/ 446).
- Tafsir Ibn Katsir (4/349).
- Al Ruh hal. 167.
- Jami’ al Bayan (19/71).